Puisi
Friday, April 17, 2020
Edit
Puisi - Hallo sahabat Rahasia Rumus Pendidikan, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Puisi, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel puisi, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Puisi
link : Puisi

Diskusi Hujan
Februari berair rebah
mendung masih membawa puting angin
mengarak jelaga awan-awan di langit
Alam mendengar
hujan berdiskusi dengan angin, awan , tanah, petir
hingga isi langit bumi turut hadir
hanya insan terlalu tuli untuk mendengar diskusi hujan
banjir, tanah longsor, badai
datang tiba-tiba
menikam manusia-manusia buta tuli
Lumpur dan angin membawa catatan pahit
mengganti cuilan napas yang mulai payah
hanya kilatan murung
bersemayam dalam badan manusia
Februari berair rebah
mendung masih membawa puting angin
mengantar insan berdiskusi dengan Tuhan.
Solo, 16’02’09
Kehidupan Kaki Bukit
Dari kakikaki bukit
perempuanperempuan keriput menggendong bakul
menuruni setapak jalan berkelok
seakan rajutan otot kaki tak kenal lelah
menuju kota yang tegar bersama hiruk pikuk
Pasar kota lusuh berjejalan begitu tampak kumuh
perempuanperempuan keriput menjajakan isi bakul
hasil alam kaki-kaki bukit
dengan sahaja mereka petik
Tak peduli
pada gedunggedung bertingkat
pada monumen bersejarah
pada kritikus sampai politikus
Mereka hanya peduli pada bukitbukit mereka
semakin gersang kusam
dulu biru kini hitam
Tak tahu menahu,
mereka hanya dengar katanya Ha Pe Ha
gampang di sanggup pejabat mereka tak pernah dapat,
hanya sanggup seonggok kayu bakar dari celah bukit
dan berladang di kakikaki bukit
Solo, 16’02’09
dimuat di SOLOPOS 1 Maret 2009
gambar dari:kangheri.files.wordpress.com
Anda sekarang membaca artikel Puisi dengan alamat link https://rahasiarumuspendidikan.blogspot.com/2020/04/puisi_17.html
Judul : Puisi
Puisi

Diskusi Hujan
Februari berair rebah
mendung masih membawa puting angin
mengarak jelaga awan-awan di langit
Alam mendengar
hujan berdiskusi dengan angin, awan , tanah, petir
hingga isi langit bumi turut hadir
hanya insan terlalu tuli untuk mendengar diskusi hujan
banjir, tanah longsor, badai
datang tiba-tiba
menikam manusia-manusia buta tuli
Lumpur dan angin membawa catatan pahit
mengganti cuilan napas yang mulai payah
hanya kilatan murung
bersemayam dalam badan manusia
Februari berair rebah
mendung masih membawa puting angin
mengantar insan berdiskusi dengan Tuhan.
Solo, 16’02’09
Kehidupan Kaki Bukit
Dari kakikaki bukit
perempuanperempuan keriput menggendong bakul
menuruni setapak jalan berkelok
seakan rajutan otot kaki tak kenal lelah
menuju kota yang tegar bersama hiruk pikuk
Pasar kota lusuh berjejalan begitu tampak kumuh
perempuanperempuan keriput menjajakan isi bakul
hasil alam kaki-kaki bukit
dengan sahaja mereka petik
Tak peduli
pada gedunggedung bertingkat
pada monumen bersejarah
pada kritikus sampai politikus
Mereka hanya peduli pada bukitbukit mereka
semakin gersang kusam
dulu biru kini hitam
Tak tahu menahu,
mereka hanya dengar katanya Ha Pe Ha
gampang di sanggup pejabat mereka tak pernah dapat,
hanya sanggup seonggok kayu bakar dari celah bukit
dan berladang di kakikaki bukit
Solo, 16’02’09
dimuat di SOLOPOS 1 Maret 2009
gambar dari:kangheri.files.wordpress.com
Demikianlah Artikel Puisi
Sekianlah artikel Puisi kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Puisi dengan alamat link https://rahasiarumuspendidikan.blogspot.com/2020/04/puisi_17.html