Teori Berguru Humanistik
Tuesday, October 22, 2019
Edit
Teori Berguru Humanistik - Hallo sahabat Rahasia Rumus Pendidikan, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Teori Berguru Humanistik, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Pembelajaran,
Artikel Pembelajaran2, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Teori Berguru Humanistik
link : Teori Berguru Humanistik
3) Honey dan Mumford
4) Habermas
Dalam praktiknya teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.
Anda sekarang membaca artikel Teori Berguru Humanistik dengan alamat link https://rahasiarumuspendidikan.blogspot.com/2019/10/teori-berguru-humanistik.html
Judul : Teori Berguru Humanistik
link : Teori Berguru Humanistik
Teori Berguru Humanistik
TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Pengertian Teori Belajar Humanistik
Teori Belajar Humanistik ini berusaha memahami sikap berguru dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik ialah membantu peserta didik untuk menyebarkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai insan yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
=======================================
=======================================
Menurut teori berguru humanistik, proses berguru harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusi akan insan itu sendiri. Oleh alasannya ialah itu, teori berguru humanistik sifatnya lebih abnormal dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses berguru itu sendiri serta lebih banyak berbiacara perihal konsep-konsep pendidikan untuk membentuk insan yang dicita-citakan, serta perihal proses berguru dalam bentuk yang paling ideal.
TEORI BELAJAR HUMANISTIK |
Dalam teori berguru humanistik proses berguru harus berhulu dan bermuara pada insan itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara perihal pendidikan dan proses berguru dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada wangsit berguru dalam bentuknya yang paling ideal dari pada berguru menyerupai apa adanya, menyerupai apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.. Teori apapun sanggup dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) sanggup tercapai.
Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam insiden belajar, alasannya ialah tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan gres ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Teori berguru humanistik berpendapat bahwa teori berguru apapun sanggup dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan insan yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar, secara optimal.
Dalam teori berguru humanistik, berguru dianggap berhasil jikalau si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha supaya lambat laun ia bisa mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori berguru ini berusaha memahami sikap berguru dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.(Uno, 2006: 13)
Selanjutnya Gagne dan Briggs menyampaikan bahwa pendekatan humanistik ialah pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikehendaki secara sosial dan pemerolehan pengetahuan yang luas perihal sejarah, sastra, dan pengolahan taktik berpikir produktif Pendekatan sistem bisa sanggup di lakukan sehingga para peserta didik sanggup menentukan suatu rencana pelajaran supaya mereka sanggup mencurahkan waktu mereka bagi majemuk tujuan berguru atau sejumlah pelajaran yang akan dipelajari atau jenis-jenis pemecahan problem dan aktifitas-aktifitas kreatif yang mungkin dilakukan.pembatasan simpel dalam pemilihan hal-hal itu mungkin di tentukan oleh keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan keadaan tetapi dalam pendekatan sistem itu sendiri tidak ada yang membatasi keanekaragaman pendidikan ini. (Uno, 2006: 13).
Tujuan utama para pendidik ialah membantu si peserta didik untuk menyebarkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai insan yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Jadi, teori berguru humanistik ialah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan insan serta peserta didik bisa menyebarkan potensi dirinya.
Teori berguru humanistik bersifat sangat eklektik yaitu memanfaatkan atau merangkumkan banyak sekali teori berguru dengan tujuan untuk memanusiakan insan dan mencapai tujuan yang diinginkan lantaran tidak sanggup disangkal bahwa setiap teori mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Tokoh-tokoh Teori Belajar Humanistik
Banyak tokoh penganut aliran humanistik, diantaranya:
1. Carl Rogers
Carl R. Rogers dalam Hadis (2006: 71) kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka beropini bahwa berguru yang sebetulnya tidak sanggup berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh lantaran itu, berdasarkan teori berguru humanisme bahwa motifasi berguru harus bersumber pada diri peserta didik.
Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) berguru yang bermakna dan (2) berguru yang tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jikalau dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar yang tidak bermakna terjadi jikalau dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.
Bagaimana proses berguru sanggup terjadi berdasarkan teori berguru humanisme?. Orang berguru lantaran ingin mengetahui dunianya. Individu menentukan sesuatu untuk dipelajari, mengusahakan proses berguru dengan caranya sendiri, dan menilainya sendiri perihal apakah proses belajarnya berhasil.
Menurut Roger, peranan guru dalam kegiatan berguru peserta didik berdasarkan pandangan teori humanisme ialah sebagai fasilitator yang berperan aktif dalam : (1) membantu membuat iklim kelas yang aman supaya peserta didik bersikap positif terhadap belajar, (2) membantu peserta didik untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memperlihatkan kebebasan kepada peserta didik untuk belajar, (3) membantu peserta didik untuk memanfaatkan dorongan dan harapan mereka sebagai kekuatan pendorong belajar, (4) menyediakan banyak sekali sumber berguru kepada peserta didik, dan (5) mendapatkan pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari banyak sekali peserta didik sebagaimana adanya. (Hadis, 2006: 72)
2) Kolb
Pandangan Kolb perihal berguru dikenal dengan “Belajar Empat Tahap” yaitu:
a. Tahap pandangan konkret
Pada tahap ini seseorang bisa atau sanggup mengalami suatu insiden atau suatu insiden sebagaimana adanya namun belum memilki kesadaran perihal hakikat dari insiden tersebut,
b. Tahap pemgamatan aktif dan reflektif
Tahap ini seseorang semakin usang akan semakin bisa melaksanakan observasi secara aktif terhadap insiden yang dialaminya dan lebih berkembang.
c. Tahap konseptualisasi
Pada tahap ini seseorang mulai berupaya untuk membuat abstraksi, menyebarkan suatu teori, konsep, atau aturan dan mekanisme perihal sesuatu yang menjadi objek perhatiannya dan cara berpikirnya memakai induktif.
d. Tahap eksperimentasi aktif
Pada tahap ini seseorang sudah bisa mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata dan cara berpikirnya memakai deduktif.
3) Honey dan Mumford
Honey dan Mumford menggolongkan orang yang berguru ke dalam empat macam atau golongan, yaitu:
a. Kelompok aktivis
Yaitu mereka yang bahagia melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam banyak sekali kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
b. Kelompok reflector
Yaitu mereka yang mempunyai kecenderungan berlawanan dengan kelompok aktivis. Dalam melaksanakan suatu tindakan kelompok ini sangat berhati-hati dan penuh pertimbangan.
c. Kelompok teoris
Yaitu mereka yang mempunyai kecenderungan yang sangat kritis, suka menganalisis, selalu berpikir rasional dengan memakai penalarannya.
d. Kelompok pragmatis
Yaitu mereka yang mempunyai sifat-sifat praktis, tidak suka berpanjang lebar dengan teori-teori, konsep-komsep, dalil-dalil, dan sebagainya.
4) Habermas
Menurut Habernas, berguru gres akan tejadi jikalau ada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Ia membagi tipe berguru menjadi tiga, yaitu:
a. Belajar teknis (technical learning)
Yaitu berguru bagaimana seseorang sanggup berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar.
b. Belajar simpel (practical learning)
Yaitu berguru bagaimana seseorang sanggup berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik.
c. Belajar emansipatoris (emancipatory learning)
Yaitu berguru yang menekankan upaya supaya seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya dengan lingkungan sosialnya.
4) Arthur Combs
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan lantaran kurang terpelajar tetapi lantaran mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebetulnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku jelek itu sebetulnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melaksanakan sesuatu yang tidak akan memperlihatkan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami sikap peserta didik dengan mencoba memahami dunia persepsi peserta didik tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan peserta didik yang ada.
Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs beropini bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa peserta didik mau berguru apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si peserta didik untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memperlihatkan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang menyerupai dua bulat (besar dan kecil) yang bertitik sentra pada satu.. Lingkaran kecil (1) ialah citra dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) ialah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit relasi dengan diri, makin gampang hal itu terlupakan.
6). Bloom dan Krathwohl
Bloom dan Krathmohl lebih menekankan perhatiannya pada apa yang mesti dikuasai oleh individu (sebagai tujuan belajar), sehabis melalui peristiwa-peristiwa belajar. Tujuan belajarnya dikemukakan dengan sebutan Taksonomi Bloom, yaitu:
a. Domain kognitif, terdiri atas 6 tingkatan, yaitu:
1) Pengetahuan
2) Pemahaman
3) Aplikasi
4) Analisis
5) Sintesis
6) Evaluasi
b. Domain psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:
1) Peniruan
2) Penggunaan
3) Ketepatan
4) Perangkaian
5) Naturalisasi
c. Domain afektif, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:
1) Pengenalan
2) Merespon
3) Penghargaan
4) Pengorganisasian
5) Pengalaman
Prinsip-prinsip Teori Belajar Humanistik
Pendekatan humanistik menganggap peserta didik sebagai a whole person atau orang sebagai suatu kesatuan. Dengan kata lain, pembelajaran tidak hanya mengajarkan materi atau materi bimbing yang menjadi sasaran, tetapi juga membantu peserta didik menyebarkan diri mereka sebagai manusia.
Keyakinan tersebut telah mengarahkan munculnya sejumlah teknik dan metodologi pembelajaran yang menekankan aspek humanistik pembelajaran. (Alwasilah, 1996: 23) Dalam metodologi semacam itu, pengalaman peserta didik ialah yang terpenting dan perkembangan kepribadian mereka serta penumbuhan perasaan positif dianggap penting dalam pembelajaran mereka. Pendekatan humanistik mengutamakan peranan peserta didik dan berorientasi pada kebutuhan. Menurut pendekatan ini, materi atau materi bimbing harus dilihat sebagai suatu totalitas yang melibatkan orang secara utuh, bukan sekedar sebagai sesuatu yang intelektual semata-mata. Seperti halnya guru, peserta didik ialah insan yang mempunyai kebutuhan emosional, spritual, maupun intelektual. Peserta didik hendaknya sanggup membantu dirinya dalam proses berguru mengajar. Peserta didik bukan sekedar akseptor ilmu yang pasif. (Purwo, 1989: 212)
Beberapa prinsip Teori berguru Humanistik:
1. Manusia mempunyai berguru alami
2. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
4. Tugas berguru yang mengancam diri ialah lebih gampang dirasarkan bila bahaya itu kecil
5. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam memperoleh cara.
6. Belajar yang bermakna diperolaeh jikalau peserta didik melakukannya
7. Belajar lancer jikalau peserta didik dilibatkan dalam proses belajar
8. Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya sanggup memberi hasil yang mendalam
9. Kepercayaan pada diri pada peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
10. Belajar sosial ialah berguru mengenai proses belajar.
Roger sebagai andal dari teori berguru humanisme mengemukakan beberapa prinsip berguru yang penting yaitu: (1). Manusia itu mempunyai keinginan alamiah untuk belajar, mempunyai rasa ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru, (2). Belajar akan cepat dan lebih bermakna bila materi yang dipelajari relevan dengan kebutuhan peserta didik, (3) berguru sanggup di tingkatkan dengan mengurangi bahaya dari luar, (4) berguru secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada berguru secara pasif dan orang berguru lebih banyak bila berguru atas pengarahan diri sendiri, (5) berguru atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran maupun perasaan akan lebih baik dan tahan lama, dan (6) kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam berguru sanggup ditingkatkan dengan penilaian diri orang lain tidak begitu penting. (Dakir, 1993: 64)
Aplikasi Teori Belajar Humanistik
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik ialah menjadi fasilitator bagi para peserta didik sedangkan guru memperlihatkan motivasi, kesadaran mengenai makna berguru dalam kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman berguru kepada peserta didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran.(Sumanto, 1998: 235)
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri, menyebarkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui ialah :
1. Merumuskan tujuan berguru yang jelas
2. Mengusahakan partisipasi aktif peserta didik melalui kontrak berguru yang bersifat terperinci , jujur dan positif.
3. Mendorong peserta didik untuk menyebarkan kesanggupan peserta didik untuk berguru atas inisiatif sendiri
4. Mendorong peserta didik untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5. Peserta didik di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, menentukan pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari sikap yang ditunjukkan.
6. Guru mendapatkan peserta didik apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran peserta didik, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong peserta didik untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi peserta didik. (Mulyati, 2005: 182)
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini sempurna untuk diterapkan. Keberhasilan aplikasi ini ialah peserta didik merasa bahagia bergairah, berinisiatif dalam berguru dan terjaadi perubahan contoh pikir, sikap dan sikap atas kemauan sendiri. Peserta didik dibutuhkan menjadi insan yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau moral yang berlaku.
Implikasi Teori Belajar Humanistik
Penerapan teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik ialah menjadi fasilitator bagi para peserta didik sedangkan guru memperlihatkan motivasi, kesadaran mengenai makna berguru dalam kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman berguru kepada peserta didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (stundent center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri, menyebarkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini ialah banyak sekali cara untuk memberi kemudahan berguru dan banyak sekali kualitas fasilitator, yaitu:
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing peserta didik untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam berguru yang bermakna tadi.
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk berguru yang paling luas dan gampang dimanfaatkan para peserta didik untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk sanggup dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan mendapatkan baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7. Bilamana cuaca akseptor kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur sanggup berperanan sebagai seorang peserta didik yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, menyerupai peserta didik yang lain.
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja dipakai atau ditolak oleh peserta didik
9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang membuktikan adanya perasaan yang dalam dan besar lengan berkuasa selama belajar
10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan mendapatkan keterbatasan-keterbatasannya sendiri. (Dakir, 1993: 65).
Ciri-ciri guru yang fasilitatif ialah :
1. Merespon perasaan peserta didik
2. Menggunakan ide-ide peserta didik untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3. Berdialog dan berdiskusi dengan peserta didik
4. Menghargai peserta didik
5. Kesesuaian antara sikap dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir peserta didik (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari peserta didik)
7. Tersenyum pada peserta didik. (Syaodih, 2007: 152)
Guru-guru cenderung beropini bahwa pendidikan ialah pewaris kebudayaan, pertanggungan balasan sosial dan materi pembelajaran yang khusus, mereka percaya bahwa problem ini tidak sanggup di serahkan begitu saja kepada peserta didik.
Teori berguru humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah berguru pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Meskipun teori humanistik sering dikritik lantaran sulit diterapkan dalam konteks yang lebih simpel dan dianggap lebih akrab dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang pendidikan, sehingga sulit diterjemahkan ke dalam langkah-langkah yang lebih konkret dan praktis. Namun pinjaman teori ini amat besar. Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskannya sanggup membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakikat kejiwaan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Dakir, Dasar-dasar Psikologi. Jakarta: Pustaka Pelajar, 1993.
Darsono, Max. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. 2001.
F., Azies dan A. Chaedar Alwasilah, Pengajaran Bahasa Komunikatif; Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996.
Hadis, Abdul. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006.
Mulyati, Psikologi Belajar. Yogyakarta: CV. Andi Offset. 2005.
Purwo, Bambang Kaswanti. (ed.).PELLBA 2: Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya. 1989.
Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1998.
Sudrajat, Ahkmad. Media Pembelajaran. Artikel. Diakses di http://ahkmadsudrajat. wordpress. com /bahan-ajar/media-pembelajaran.
Sukmadinata, dan Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Cet. IV, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Suprobo, Novina. Teori Belajar Humanistik. Diakses di http://novinasuprobo. wordpress. com /2008/06/15/teori-belajar-humanistik
Uno, Hamzah B. Orientasi Baru Dalam Psikologi Perkembangan. Jakarta: Bumi aksara, 2006
Demikianlah Artikel Teori Berguru Humanistik
Sekianlah artikel Teori Berguru Humanistik kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Teori Berguru Humanistik dengan alamat link https://rahasiarumuspendidikan.blogspot.com/2019/10/teori-berguru-humanistik.html