Layang-Layang (Cernak)
Friday, May 8, 2020
Edit
Layang-Layang (Cernak) - Hallo sahabat Rahasia Rumus Pendidikan, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Layang-Layang (Cernak), kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Cerita Anak, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Layang-Layang (Cernak)
link : Layang-Layang (Cernak)

Adi tak sabar menunggu waktu pulang. Setelah bel sekolah berdering tanda pelajaran habis, ia segera bergegas pulang. Ia sudah tak sabar ingin menerbangkan layang-layang kertas berbentuk burung garuda. Layang-layang itu sangat gagah dengan warna-warni yang indah.
Layang-layang itu merupakan buah tangan pamannya yang tiba dari Surabaya kemarin.
“Adi, ini paman bawakan layang-layang”
“Wah…bagus sekali Paman!”
“Tapi ingat!, kalau bermain layang-layang juga harus ingat waktu, nanti capek dan malamnya tidak belajar”
“Tenang saja paman. Adi niscaya rajin berguru kok!”
“Oya..kalau bermain layang-layang jangan di jalan raya, gunakan kawasan yang tepat. Kamu tahu di mana kawasan yang paman maksudkan?”
“Tahu paman, di lapangan atau di sawah kering yang sudah tidak ditanami”
Adi sangat bahagia menerima layang-layang itu. Memang ekspresi dominan ini ekspresi dominan kemarau. Makara kondisinya sangat sempurna untuk bermain layang-layang.
Setelah makan siang, ia segera mempersiapkan benang layang-layang yang ia beli ketika pulang sekolah tadi. Sebetulnya ia ingin mengajak pamannya, namun pamannya sudah kembali ke Surabaya tadi pagi. Maka ia mengajak Doni untuk memenaminya bermain layang-layang.
Cuaca masih sangat panas. Namun Adi tak sabar jikalau harus menunggu nanti sore. Setelah semuanya beres, ia dan Doni dengan mantap membawa layang-layang itu untuk diterbangkan di lapangan sepak bola yang tak jauh dari rumahnya. Namun Adi kecewa, ternyata lapangan itu ditutup untuk persiapan pertandingan sepak bola nanti sore.
Doni mengusulkan untuk bermain di sawah yang kering saja. Namun Adi menolak.
“Aduh ke sawah itu jauh, nanti hingga di sana sudah capek. Kita bermain di jalan ini saja, kan kendaraan juga sepi” Adi tak peduli dengan pesan tersirat pamannya kemarin. Ia tak sabar untuk segera menerbangkan layang-layangmya. Doni pun tak sanggup mencegah Adi. Ia tetap menemani Adi bermain layang-layang di jalan itu.
Ternyata cukup gampang menerbangkan layang-layang itu. Hanya dengan beberapa tarik ulur, layang-layang itu pun mengangkasa dengan lancar. Adi dan Doni bersorak gembira. Doni pun ingin mengendalikan layang-layang itu.
“Adi, gantian dong!” Doni minta izin kepada Adi.
“Ah..nanti saja, masih asyik nih..!” jawab Adi.
Doni dengan cemberut duduk di seberang jalan menanti giliran dari Adi. Semula angin berhembus sepoi-sepoi sehingga layang-layang itu terbang dengan tenang. Namun kemudian angin berubah agak kecang sehingga layang-layang pun agak sulit di atur. Adi berlari kecil kesana-kemari untuk mengikuti gerak layang-layangnya. Karena terlalu memperhatikan layang-layangnya, Adi tak sadar ia telah berada di tengah jalan. Saat itu pula melintas sebuah sepeda motor dengan kecepatan tidak mengecewakan tinggi.
“Awas!!!” teriak Doni dari seberang jalan.
Tapi sudah terlambat. Adi terserempet sepeda motor itu dan jatuh. Doni dan pengendara sepeda motor itu segera menolong Adi. Karena lukanya parah, Adi di bawa ke rumah sakit.
Lengan kanan Adi patah dan kedua kakinya lecet-lecet. Ia pun duka dan menyesal alasannya tak menghiraukan pesan tersirat pamannya. Mulai dikala itu ia berjanji untuk menjadi anak yang patuh terhadap nasihat-nasihat yang diberikan kepadanya.
Andi D Handoko
gambar dari :boelansabit.wordpress.com
Anda sekarang membaca artikel Layang-Layang (Cernak) dengan alamat link https://rahasiarumuspendidikan.blogspot.com/2020/05/layang-layang-cernak.html
Judul : Layang-Layang (Cernak)
Layang-Layang (Cernak)

Adi tak sabar menunggu waktu pulang. Setelah bel sekolah berdering tanda pelajaran habis, ia segera bergegas pulang. Ia sudah tak sabar ingin menerbangkan layang-layang kertas berbentuk burung garuda. Layang-layang itu sangat gagah dengan warna-warni yang indah.
Layang-layang itu merupakan buah tangan pamannya yang tiba dari Surabaya kemarin.
“Adi, ini paman bawakan layang-layang”
“Wah…bagus sekali Paman!”
“Tapi ingat!, kalau bermain layang-layang juga harus ingat waktu, nanti capek dan malamnya tidak belajar”
“Oya..kalau bermain layang-layang jangan di jalan raya, gunakan kawasan yang tepat. Kamu tahu di mana kawasan yang paman maksudkan?”
“Tahu paman, di lapangan atau di sawah kering yang sudah tidak ditanami”
Adi sangat bahagia menerima layang-layang itu. Memang ekspresi dominan ini ekspresi dominan kemarau. Makara kondisinya sangat sempurna untuk bermain layang-layang.
Setelah makan siang, ia segera mempersiapkan benang layang-layang yang ia beli ketika pulang sekolah tadi. Sebetulnya ia ingin mengajak pamannya, namun pamannya sudah kembali ke Surabaya tadi pagi. Maka ia mengajak Doni untuk memenaminya bermain layang-layang.
Cuaca masih sangat panas. Namun Adi tak sabar jikalau harus menunggu nanti sore. Setelah semuanya beres, ia dan Doni dengan mantap membawa layang-layang itu untuk diterbangkan di lapangan sepak bola yang tak jauh dari rumahnya. Namun Adi kecewa, ternyata lapangan itu ditutup untuk persiapan pertandingan sepak bola nanti sore.
Doni mengusulkan untuk bermain di sawah yang kering saja. Namun Adi menolak.
“Aduh ke sawah itu jauh, nanti hingga di sana sudah capek. Kita bermain di jalan ini saja, kan kendaraan juga sepi” Adi tak peduli dengan pesan tersirat pamannya kemarin. Ia tak sabar untuk segera menerbangkan layang-layangmya. Doni pun tak sanggup mencegah Adi. Ia tetap menemani Adi bermain layang-layang di jalan itu.
Ternyata cukup gampang menerbangkan layang-layang itu. Hanya dengan beberapa tarik ulur, layang-layang itu pun mengangkasa dengan lancar. Adi dan Doni bersorak gembira. Doni pun ingin mengendalikan layang-layang itu.
“Adi, gantian dong!” Doni minta izin kepada Adi.
“Ah..nanti saja, masih asyik nih..!” jawab Adi.
Doni dengan cemberut duduk di seberang jalan menanti giliran dari Adi. Semula angin berhembus sepoi-sepoi sehingga layang-layang itu terbang dengan tenang. Namun kemudian angin berubah agak kecang sehingga layang-layang pun agak sulit di atur. Adi berlari kecil kesana-kemari untuk mengikuti gerak layang-layangnya. Karena terlalu memperhatikan layang-layangnya, Adi tak sadar ia telah berada di tengah jalan. Saat itu pula melintas sebuah sepeda motor dengan kecepatan tidak mengecewakan tinggi.
“Awas!!!” teriak Doni dari seberang jalan.
Tapi sudah terlambat. Adi terserempet sepeda motor itu dan jatuh. Doni dan pengendara sepeda motor itu segera menolong Adi. Karena lukanya parah, Adi di bawa ke rumah sakit.
Lengan kanan Adi patah dan kedua kakinya lecet-lecet. Ia pun duka dan menyesal alasannya tak menghiraukan pesan tersirat pamannya. Mulai dikala itu ia berjanji untuk menjadi anak yang patuh terhadap nasihat-nasihat yang diberikan kepadanya.
Andi D Handoko
gambar dari :boelansabit.wordpress.com
Demikianlah Artikel Layang-Layang (Cernak)
Sekianlah artikel Layang-Layang (Cernak) kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Layang-Layang (Cernak) dengan alamat link https://rahasiarumuspendidikan.blogspot.com/2020/05/layang-layang-cernak.html