Bahasa Puisi

Bahasa Puisi - Hallo sahabat Rahasia Rumus Pendidikan, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Bahasa Puisi, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Bahasa, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Bahasa Puisi
link : Bahasa Puisi

Baca juga


Related

Bahasa Puisi

Puisi yakni salah satu karya sastra dengan bahasa yang liris. Penulisan puisi sering memakai gaya bahasa untuk memperindah atau mempertajam makna puisi tersebut.
Dulu, puisi banyak terikat dengan hukum mirip penggunaan rima dan bait. Dalam perkembangannya, kini bahasa puisi terkesan bebas dengan kaidah-kaidah kebahasaan yang berlaku dalam masyarakat bahasa.
Jika dipandang dengan kaidah bahasa yang berlaku, maka banyak puisi yang menyimpang dari kaidah tersebut. Hal itu sanggup berupa penyimpangan gramatikal, baik sintaksis maupun morfologis. Penyimpangan ini sanggup dikatagorikan sebagai variasi bahasa.
Penggunaan afiks-afiks yang tak semestinya merupakan salah sartu penyimpangan morfologis. Kata-kata dasar yang biasanya memakai prefiks me-N- diganti dengan be-r atau sebaliknya, mirip bersedih diganti menjadi menyedih, berteduh menjadi meneduh, berlari menjadi melari, dan lain-lain.
Di dalam puisi juga sering ditemukan padanan kata beragam yang tak biasa dipakai masyarakat bahasa, mirip lembayung langit yang berarti lagit kelabu, dinding bisu yang berarti saksi bisu dan Langit lazuardi yang berarti langit yang biru. Hal ini sanggup disebabkan oleh penggunaan gaya bahasa yang bebas oleh penyair. Bagi penyair, bahasa sanggup diibaratkan cat minyak yang sanggup serta merta dicoretkan pada media kanvas.
Penyimpangan sintaksis dalam puisi sanggup dicontokan pada larik pertama puisi Chairil Anwar yang berjudul “Isa” yakni itu tubuh. Dalam konteks pemakaian bahasa yang benar, seharusnya tertulis badan itu. Pada dasarnya, frasa dalam kaidah pemakaian bahasa Indonesia memakai pola DM (Diterangkan Menerangkan). Namun pada umumnya frasa yang dipakai dalam puisi memakai pola MD (Menrangkan Diterangkan). Selain itu di dalam puisi juga sering ditemukan pelesapan kata untuk memadatkan bahasa puisi. Adapun misalnya yakni pekat darah seharusnya darah yang pekat, merah mawar seharusnya mawar merah, hening cinta seharusnya cinta yang hening dan lain-lain.
Pada ranah klausa juga sering ditemukan adanya penyimpangan bahasa puisi. Pulang kembali saya padamu (P/S/O), larik puisi dalam puisi “Padamu Jua” ini menyalahi hukum sintaksis lantaran predikat berada di depan subjek. Jika menngunakan kaidah bahasa yang benar maka larik puisi tersebut Aku pulang kembali padamu (S/P/O).
Penyimpangan-penyimpangan bahasa pada puisi merupakan suatu cara untuk berkreasi dengan bahasa. Variasi bahasa sangat luas, tinggal bagaimana masyarakat menggunakannya sempurna pada tempatnya. Penyimpangan bahasa pada puisi tidak sanggup disalahkan lantaran pada puisi berlaku prinsip licentia poetica. Prinsip inilah yang membenarkan penyimpangan bahasa puisi dengan tujuan tertentu, mirip menampilkan keindahan, menekankan makna, atau menarik perhatian pembaca.

dimuat Solopos, Kamis 8 Januari 2009
Andi Dwi Handoko
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP UNS Solo.


Demikianlah Artikel Bahasa Puisi

Sekianlah artikel Bahasa Puisi kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Bahasa Puisi dengan alamat link https://rahasiarumuspendidikan.blogspot.com/2020/04/bahasa-puisi.html

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel